Pendahuluan:
Fungsi dan Manfaat Shalat
hadis disebutkan
bahwa “shalat adalah mi‘râj-nya orang-orang beriman”. Dengan kata lain, sebagaimana Rasulullah bertemu dengan Allah Swt. ketika ber-mi‘râj, orang beriman (dapat) bertemu dengan-Nya melalui shalat.
Meski ada
riwayat yang menyatakan bahwa Allah mewahyu- kan tentang shalat pada saat Rasulullah ber-mi‘râj, banyak riwayat yang menunjukkan bahwa Rasul—bersama Siti Kha-
dijah dan Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib—telah melakukan
sha- lat, bahkan sebelum beliau melakukan
dakwah terang-terang- an. Tak kurang pula indikasi dalam Al-Quran
dan hadis, serta pandangan para ulama dan sufi—sebagiannya dikutip
dalam buku ini—bahwa kewajiban shalat telah dilakukan oleh para
rasul
sebelum Muhammad
Saw. Para peneliti Bibel—antara lain Thomas McElwain—malah merasa yakin telah menemu- kan ayat-ayat dalam kitab suci orang-orang Nasrani ini petunjuk- petunjuk gerakan yang mirip dengan tata cara shalat
orang Muslim. Jadi, meski tak harus sepenuhnya sama, tampaknya tata cara shalat sudah dikenal sebelum
datangnya Islam.
Al-Quran memberikan tempat utama kepada ibadah sha-
lat ini. Demikian pula Rasulullah Saw.
Dalam Al-Quran
ter- sebut tak kurang dari 234 ayat mengenai shalat.
Di antaranya, sebuah ayat yang mengisahkan orang-orang yang dijebloskan
ke dalam Saqar—suatu lembah di Neraka Jahanam:
Sementara itu, dengan tegas Rasulullah menyatakan, “Tak ada pembeda antara orang Mukmin dan orang kafir kecuali shalat.” Di kesempatan lain disabdakannya pula,
“Shalat ada-
lah pilar agama,” dan “Yang paling awal diperhitungkan dari seorang hamba pada hari kiamat
adalah shalat.
Jika baik sha- latnya, baiklah seluruh amalnya
yang selebihnya. Jika buruk
shalatnya, buruk pulalah seluruh
amalnya yang selebihnya.”
Di dalam Al-Quran, shalat disebutkan dengan berbagai
fungsi shalat.
Pertama, shalat adalah
pencegah dari perbuatan buruk. “Sesungguhnya, shalat (yang benar—HB) mencegah dari per- buatan keji dan mungkar” (QS Al-‘Ankabût [29]: 45). Per- buatan keji adalah semua perkataan dan perbuatan yang me-
ngotori kehormatan dan kesucian diri, sementara yang mung- kar adalah apa saja yang ditolak oleh syariat.
Kedua, shalat adalah sumber
petunjuk. Rasulullah ber-
sabda, “Shalat adalah
sumber cahaya.” Barang siapa yang me-
meliharanya, ia akan mendapatkan cahaya dan petunjuk. Dan barang siapa yang tidak memeliharanya, maka tiada cahaya atau
petunjuk baginya.
Ketiga, shalat adalah sarana kita meminta pertolongan dari Allah Swt. “Mintalah pertolongan dengan sabar (dalam se- bagian tafsir, sabar diartikan sebagai puasa) dan shalat” (QS Al-Baqarah [2]: 45).
Keempat, shalat adalah pelipur jiwa. Allah Swt. berfirman,
“… dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku” (QS Thâ Hâ [20]:
13-14). “Dan bukankah dengan mengingat-Ku, hati menjadi
tenteram?” (QS Al-Ra‘d [13]: 28). Diriwayatkan bahwa setiap kali Rasul
mengalami kesedihan atau kegundahan, beliau akan
memerintahkan kepada Bilal, “Senangkan kami, wahai Bilal.” Maksud beliau,
hendaklah Bilal mengumandangkan
iqamah agar Rasul dan para sahabatnya dapat melakukan shalat se-
telah itu. Pada kesempatan lain, beliau menyatakan, “Dijadi- kan bagiku shalat sebagai penyejuk-jiwaku.”
Kelima, selain
mendatangkan kebahagiaan, shalat yang dilakukan secara teratur akan dapat melahirkan kreativitas. Psikologi mutakhir—yang biasa disebut sebagai psikologi posi-
tif—telah menunjukkan besarnya pengaruh
ketenangan ter-
hadap kreativitas. Mihaly Csikszentmihalyi, ahli psikologi ini,
memperkenalkan suatu keadaan dalam diri manusia yang di- sebutnya sebagai “flow”. Bukan saja “flow” adalah sumber ke-
bahagiaan, ia sekaligus adalah sumber
kreativitas. Shalat yang
khusyuk menghasilkan kondisi “flow” dalam diri pelakunya.
Keenam, berdasar penemuan-penemuan mutakhir yang menyatakan bahwa kesehatan tubuh dan penyakit sebenarnya berasal dari penyakit jiwa, dan bahwa banyak penyakit tubuh sesungguhnya dapat disembuhkan melalui ketenangan jiwa, maka shalat dapat dilihat sebagai sarana kesehatan tubuh juga. Dan, sehubungan dengan ini, telah banyak dilakukan peneliti- an untuk melihat manfaat mengerjakan shalat secara teratur bagi kesehatan tubuh.
Dapat disimpulkan dari berbagai manfaat shalat tersebut di atas bahwa sesungguhnya shalat—di samping fungsi utama- nya sebagai sarana beribadah kepada-Nya, mengembangkan keimanan kepada suatu Dzat Mahakuasa dan Maha Penyayang yang kepada-Nya kita dapat mempertautkan kecintaan dan keimanan, serta memperhalus akhlak—adalah fasilitas yang dianugerahkan-Nya kepada kita untuk meningkatkan kualitas hidup kita sehari-hari. Banyak orang bersusah payah mencari jalan dalam mencapai hal ini dengan mengembangkan ber- bagai bentuk meditasi transendental, hipnosis, mencari kon- sultasi psikologis dan medis, bahkan lari kepada obat-obat penenang atau, kalau tidak, mesti hidup dalam kebingungan serta tekanan stres dan depresi. Padahal, sebagai Muslim, kita telah diajari teknik-teknik foul proof yang datang dari Dia Yang Mahatahu. Masihkah, setelah ini, kita akan menyia- nyiakan shalat dengan tidak menjalankannya?
Memadamkan Api dengan Shalat
Allah SWT. berfirman:
Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya, perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS Hûd [11]: 114)
Rasulullah Saw. menyatakan bahwa ayat-ayat di atas merupakan ayat yang paling memberikan harapan kepada manusia. Dan menambahkan:
“Demi Tuhan
yang
mengangkatku sebagai
nabi, sejak seseorang mulai berwudhu,
dosa-dosanya berguguran.
Dan tatkala dia berdiri
melaksanakan shalat dan berbicara dengan
Allah dengan penuh perhatian, dia telah bersih dari
dosa, seperti ketika dia dilahirkan
dari rahim ibunya.”
Rasulullah Saw bersabda :
Kemudian mereka kembali melakukan perbuatan dosa dan
api
pun kembali menyala berkobar-kobar. Tetapi, saat tiba waktu shalat berikutnya,
malaikat kembali menyeru
untuk memadamkan api“Saya mendengar bahwa ada seorang
malaikat yang me- nyeru manusia pada setiap waktu-waktu
shalat sebagai ber- ikut,
‘Wahai putra
Adam, dirikanlah shalat
demi mema-
damkan api yang kalian nyalakan lantaran perbuatan keji yang telah
kalian lakukan.’ Kemudian ada di antara kalian yang bangkit
dan melaksanakan shalat, lalu dosa-dosa mereka
diampuni i yang berkobar-kobar
... dan
hal ini
terjadi berulang-ulang hingga mereka tidur dalam keadaan dosa-dosa mereka telah diampuni
oleh Allah SWT.”
Dan dirikanlah
shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya, perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS Hûd [11]: 114)
Rasulullah Saw. menyatakan bahwa ayat-ayat di atas merupakan ayat yang paling memberikan harapan kepada manusia. Dan menambahkan:
“Demi Tuhan
yang
mengangkatku sebagai
nabi, sejak seseorang mulai berwudhu,
dosa-dosanya berguguran.
Dan tatkala dia berdiri
melaksanakan shalat dan berbicara dengan
Allah dengan penuh perhatian, dia telah bersih dari
dosa, seperti ketika dia dilahirkan
dari rahim ibunya.”
Rasulullah Saw bersabda :
Kemudian mereka kembali melakukan perbuatan dosa dan
api
pun kembali menyala berkobar-kobar. Tetapi, saat tiba waktu shalat berikutnya,
malaikat kembali menyeru
untuk memadamkan api“Saya mendengar bahwa ada seorang
malaikat yang me- nyeru manusia pada setiap waktu-waktu
shalat sebagai ber- ikut,
‘Wahai putra
Adam, dirikanlah shalat
demi mema-
damkan api yang kalian nyalakan lantaran perbuatan keji yang telah
kalian lakukan.’ Kemudian ada di antara kalian yang bangkit
dan melaksanakan shalat, lalu dosa-dosa mereka
diampuni i yang berkobar-kobar
... dan
hal ini
terjadi berulang-ulang hingga mereka tidur dalam keadaan dosa-dosa mereka telah diampuni
oleh Allah SWT.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan....kita adalah saudara