Mutiara Hikmah

"Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna. – Imam Syafi’i" “Janji Allah tak pernah mengecewakan, dan bila kamu masih merasa kecewa mungkin ada yang salah dengan imanmu”

Sinergikan Pengetahuan, Mantabkan Pemahaman

Sinergikan Pengetahuan, Mantabkan Pemahaman
Sambutan Ketua Umum pada acara sarasehan Pemantapan Pemahaman tentang Zakat

Buat Apa Shalat

 


Pendahuluan:

 

Fungsi dan Manfaat Shalat

 

  S H A L A T, secara harfiah, berarti doa. Dalam konteks ini, yang dimaksud shalat adalah doa yang disampaikan dengan tata cara—syarat dan rukun—yang khas dalam bentuk bacaan- bacaan dan gerakan-gerakan tertentu. Dalam bahasa syariah, inilah yang disebut dengan ash-shalawât al-qâimah (shalat- shalat yang didirikan), terdiri atas shalat wajib 5 waktu dan berbagai shalat sunnah. Kata shalat juga memiliki akar kata yang sama dan memiliki hubungan makna dengan kata shi- lah”, yang bermakna “hubungan”. (Contohnya, shilah al- rahim bermakna silaturahmi atau “hubungan kasih-sayang”.) Dalam kaitannya dengan kata shilah ini, shalat bermakna medium hubungan manusia dengan Allah Swt. Dalam sebuah

hadis disebutkan bahwa shalat adalah mi‘râj-nya orang-orang beriman. Dengan kata lain, sebagaimana Rasulullah bertemu dengan Allah Swt. ketika ber-mi‘râj, orang beriman (dapat) bertemu dengan-Nya melalui shalat.

Meski ada riwayat yang menyatakan bahwa Allah mewahyu- kan tentang shalat pada saat Rasulullah ber-mi‘râj, banyak riwayat yang menunjukkan bahwa Rasul—bersama Siti Kha- dijah dan Sayyidina  Ali bin Abi Thalib—telah melakukan sha- lat, bahkan sebelum beliau melakukan dakwah terang-terang- an. Tak kurang pula indikasi dalam Al-Quran dan hadis, serta pandangan para ulama dan sufi—sebagiannya dikutip dalam buku ini—bahwa kewajiban shalat telah dilakukan oleh para rasul sebelum Muhammad Saw. Para peneliti Bibel—antara lain Thomas McElwain—malah merasa yakin telah menemu- kan ayat-ayat dalam kitab suci orang-orang Nasrani ini petunjuk- petunjuk gerakan yang mirip dengan tata cara shalat orang Muslim. Jadi, meski tak harus sepenuhnya sama, tampaknya tata cara shalat sudah dikenal sebelum datangnya Islam.

Al-Quran memberikan tempat utama kepada ibadah sha- lat ini. Demikian pula Rasulullah Saw. Dalam Al-Quran ter- sebut tak kurang dari 234 ayat mengenai shalat. Di antaranya, sebuah ayat yang mengisahkan orang-orang yang dijebloskan ke dalam Saqar—suatu lembah di Neraka Jahanam:


 (Kepada mereka ditanyakan): Apakah yang memasuk- kan kamu ke dalam Saqar? (Mereka menjawab): “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. (QS Al-Muddatstsir [74]: 42-43)

Sementara itu, dengan tegas Rasulullah menyatakan, Tak ada pembeda antara orang Mukmin dan orang kafir kecuali shalat. Di kesempatan lain disabdakannya pula, Shalat ada- lah pilar agama, dan Yang paling awal diperhitungkan dari seorang hamba  pada hari kiamat  adalah shalat. Jika baik sha- latnya, baiklah  seluruh amalnya yang selebihnya. Jika buruk shalatnya, buruk pulalah seluruh amalnya yang selebihnya.

Di dalam Al-Quran, shalat disebutkan dengan berbagai fungsi shalat.

Pertama, shalat adalah pencegah dari perbuatan buruk. Sesungguhnya, shalat (yang benar—HB) mencegah dari per- buatan keji dan mungkar (QS Al-Ankabût [29]: 45). Per- buatan keji adalah semua perkataan dan perbuatan yang me- ngotori kehormatan dan kesucian diri, sementara yang mung- kar adalah apa saja yang ditolak oleh syariat.

Kedua, shalat adalah sumber petunjuk. Rasulullah ber-

sabda, Shalat adalah sumber cahaya. Barang siapa yang me- meliharanya, ia akan mendapatkan cahaya dan petunjuk. Dan barang siapa yang tidak memeliharanya, maka tiada cahaya atau petunjuk baginya.

       Ketiga, shalat adalah sarana kita meminta pertolongan dari Allah Swt. Mintalah pertolongan dengan  sabar (dalam se- bagian tafsir, sabar diartikan sebagai puasa) dan shalat (QS Al-Baqarah [2]: 45).

        Keempat, shalat adalah pelipur jiwa. Allah Swt. berfirman,

dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku (QS Thâ Hâ [20]:

13-14). Dan bukankah  dengan mengingat-Ku, hati menjadi tenteram? (QS Al-Rad [13]: 28). Diriwayatkan bahwa setiap kali Rasul mengalami kesedihan atau kegundahan, beliau akan memerintahkan kepada Bilal, “Senangkan kami, wahai Bilal.” Maksud beliau, hendaklah Bilal mengumandangkan iqamah agar Rasul dan para sahabatnya dapat melakukan shalat se- telah itu. Pada kesempatan lain, beliau menyatakan, “Dijadi- kan bagiku shalat sebagai penyejuk-jiwaku.”

Kelima, selain mendatangkan kebahagiaan, shalat yang dilakukan secara teratur akan dapat melahirkan kreativitas. Psikologi mutakhir—yang biasa disebut sebagai psikologi posi- tif—telah menunjukkan besarnya pengaruh ketenangan ter- hadap kreativitas. Mihaly Csikszentmihalyi, ahli psikologi ini, memperkenalkan suatu keadaan dalam diri manusia yang di- sebutnya sebagai flow. Bukan saja flow adalah sumber ke- bahagiaan, ia sekaligus adalah sumber kreativitas. Shalat yang khusyuk menghasilkan kondisi flow dalam diri pelakunya.

Keenam, berdasar penemuan-penemuan  mutakhir yang menyatakan bahwa kesehatan tubuh dan penyakit sebenarnya berasal dari penyakit jiwa, dan bahwa banyak penyakit tubuh sesungguhnya dapat disembuhkan melalui ketenangan jiwa, maka shalat dapat dilihat sebagai sarana kesehatan tubuh juga. Dan, sehubungan dengan ini, telah banyak dilakukan peneliti- an untuk melihat manfaat mengerjakan shalat secara teratur bagi kesehatan tubuh.

Dapat disimpulkan dari berbagai manfaat shalat tersebut di atas bahwa sesungguhnya shalat—di samping fungsi utama- nya sebagai sarana beribadah kepada-Nya, mengembangkan keimanan kepada suatu Dzat Mahakuasa dan Maha Penyayang yang kepada-Nya kita dapat mempertautkan kecintaan dan keimanan, serta memperhalus akhlak—adalah fasilitas yang dianugerahkan-Nya kepada kita untuk meningkatkan kualitas hidup kita sehari-hari. Banyak orang bersusah payah mencari jalan dalam mencapai hal ini dengan mengembangkan ber- bagai bentuk meditasi transendental, hipnosis, mencari kon- sultasi psikologis dan medis, bahkan lari kepada obat-obat penenang atau, kalau tidak, mesti hidup dalam kebingungan serta tekanan stres dan depresi. Padahal, sebagai Muslim, kita telah diajari teknik-teknik foul proof yang datang dari Dia Yang Mahatahu. Masihkah, setelah ini, kita akan menyia- nyiakan shalat dengan tidak menjalankannya?


Memadamkan Api dengan Shalat


 Allah SWT. berfirman:

Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya, perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS Hûd [11]: 114)

Rasulullah Saw. menyatakan bahwa ayat-ayat di atas merupakan ayat yang paling memberikan harapan kepada manusia. Dan menambahkan:
“Demi Tuhan yang mengangkatku sebagai nabi, sejak seseorang mulai berwudhu, dosa-dosanya berguguran. Dan tatkala dia berdiri melaksanakan shalat dan berbicara dengan Allah dengan penuh perhatian, dia telah bersih dari dosa, seperti ketika dia dilahirkan dari rahim ibunya.”
Rasulullah Saw bersabda :
Kemudian mereka kembali melakukan perbuatan dosa dan api pun kembali menyala berkobar-kobar. Tetapi, saat tiba waktu shalat berikutnya, malaikat kembali menyeru untuk memadamkan api“Saya mendengar bahwa ada seorang malaikat yang me- nyeru manusia pada setiap waktu-waktu shalat sebagai ber- ikut, Wahai putra Adam, dirikanlah shalat demi mema- damkan api yang kalian nyalakan lantaran perbuatan keji yang telah kalian lakukan.’ Kemudian ada di antara kalian yang bangkit dan melaksanakan shalat, lalu dosa-dosa mereka diampuni i yang berkobar-kobar ... dan hal ini terjadi berulang-ulang hingga mereka tidur dalam keadaan dosa-dosa mereka telah diampuni oleh Allah SWT.”
 Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya, perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS Hûd [11]: 114)
Rasulullah Saw. menyatakan bahwa ayat-ayat di atas merupakan ayat yang paling memberikan harapan kepada manusia. Dan menambahkan:
“Demi Tuhan yang mengangkatku sebagai nabi, sejak seseorang mulai berwudhu, dosa-dosanya berguguran. Dan tatkala dia berdiri melaksanakan shalat dan berbicara dengan Allah dengan penuh perhatian, dia telah bersih dari dosa, seperti ketika dia dilahirkan dari rahim ibunya.”
Rasulullah Saw bersabda :
Kemudian mereka kembali melakukan perbuatan dosa dan api pun kembali menyala berkobar-kobar. Tetapi, saat tiba waktu shalat berikutnya, malaikat kembali menyeru untuk memadamkan api“Saya mendengar bahwa ada seorang malaikat yang me- nyeru manusia pada setiap waktu-waktu shalat sebagai ber- ikut, Wahai putra Adam, dirikanlah shalat demi mema- damkan api yang kalian nyalakan lantaran perbuatan keji yang telah kalian lakukan.’ Kemudian ada di antara kalian yang bangkit dan melaksanakan shalat, lalu dosa-dosa mereka diampuni i yang berkobar-kobar ... dan hal ini terjadi berulang-ulang hingga mereka tidur dalam keadaan dosa-dosa mereka telah diampuni oleh Allah SWT.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan....kita adalah saudara